random

Perempuan yang Menggali Luka Hidupnya Sendiri

Penerbit: Buku Mojok

Baru setelah ia menginjak umur dewasa, luka itu datang padanya. Di dalam koper lusuh yang sudah dimakan usia yang dikirim dari penjara, ia bisa membaca goresan luka yang ditulis bapaknya. Menemukan sumber luka bikin ia senang, sebab ada kemungkinan menyembuhkannya. Sejenak memang ada rasa perih di dadanya. Di ruang kos sempit di Kota Jakarta, akhirnya setitik cahaya muncul membawa harapan untuk menghancurkan batu ganjalan yang sudah lama bersemayam dalam organ dalamnya.

Ia mancal ke Sumatera Barat, sesuai petunjuk di dalam koper. Baru kali pertama itu ia naik bus butut yang tetap nekat melewati jalan perbukitan yang berkelok-kelok dan di sampingnya jurang.

Keluarga yang ia temui lebih banyak diam. Orang-orang yang ia temui pun tak mudah bernyanyi dan mendendangkan masa lalu. Ia sempat berpikir, luka masa lalu itu teramat perih sehingga orang tak lagi mau membicarakannya lagi.

Baca juga: Ia Tidak Ingin Dicap Keturunan DI/TII

Pinto Anugerah di novel ini senang sekali mengaduk cerita. Setidaknya ada tiga cerita yang sambung menyambung tanpa sekat apapun. Maksudnya tanpa sekat, jika cerita dalam novel ini akan berpindah latar waktu dan tempat, Pinto tidak memberi tanda apapun. Tidak ada tanda pemisah antar-paragraf dan Enter tidak dobel. Efeknya, mula-mula pembaca akan bingung kok ceritanya tiba-tiba beda. Tapi untungnya Pinto piawai mengatasi efek ini. Ia berhasil merajut benang merah antara cerita yang sedang berjalan dengan cerita berikutnya yang tiba-tiba memotong.

Dengan memberikan cerita-cerita yang berbeda, Pinto sejatinya ingin membantu si tokoh utama memahami masa lalunya. Ini keputusan yang bijak, karena kalau cerita hanya berputar di peristiwa pelik yang terjadi pada masa awal kemerdekaan itu, pembaca bisa kekurangan konteks. Takutnya nanti malah mudah menghakimi. Singkatnya, cerita yang diaduk-aduk itu biar pembaca terhindar dari sikap hitam-putih.

Baca juga: KAMU Bikin Aku Terhibur

Di luar pengadukan cerita yang menarik tersebut, sesungguhnya narasi tiap cerita tidak begitu mengasikkan. Cara menarasikannya lho ya. Kalau ide ceritanya sih, menarik. Tapi cara Pinto menyampaikan ceritanya itu yang buatku kurang bisa dinikmati. Ya karena salah satu tujuanku membaca novel adalah mencari hiburan, agak kecewa aja sih kalau membaca novel yang kurang menghibur.

Tapi, keputusan membuat tukang kaba (tukang cerita) di novel ini superpower mengagumkan juga sih. Seakan ingin menunjukkan bahwa yang bisa melampaui ruang dan waktu adalah cerita. Cerita masa lalu menyelip terus di antara riuh kehidupan hari ini, disadari atau tidak. Ia yang memberi manusia energi untuk bangkit atau terhempas sama sekali. Tinggal kamu mau milih yang mana. Atau kamu sudah tak punya daya untuk memilih?

Dandy IM
The Tapak
Perempuan yang Menggali Luka Hidupnya Sendiri Reviewed by Dandy Idwal on April 17, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Komentari kalo perlu ...

© 2016 - 2017 Tapak | Mencatat Jejak All Rights Reserved.
Diberdayakan Blogger. Didesain oleh Junion dari Jejak Creativate

Kontak Redaksi

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.