random

4 Prinsip Merawat Keberagaman

Sumber: onthreelegs

Di awal tahun ini, tepatnya 28-29 Januari 2017, saya berkesempatan mengikuti Peace Camp di Hutan Wanagama, Gunung Kidul, Yogyakarta. Ini adalah sebuah acara yang diselenggarakan oleh komunitas Peace Generation. Komunitas ini bergerak dalam pembelajaran nilai-nilai perdamaian secara kolektif. Sebab komunitas ini yakin bahwa nilai-nilai perdamaian perlu dipelajari bersama, yang penuh dengan niat ketulusan untuk belajar, alih-alih pemaksaan.

Peace Generation mempunyai 4 nilai dasar yang menjadi acuan dalam melakukan kegiatan. Pertama, Youth. Secara gampang, nilai pertama ini diartikan sebagai pemuda. Sebetulnya bukan perkara umur yang dimaksud. Tetapi yang ingin disampaikan adalah sifat aktif, kreatif,dan dinamis yang merupakan cerminan dari sebuah jiwa yang muda. Nilai ini bukan berarti bertentangan dengan kedewasaan. Sebab orang bisa saja sudah tumbuh dewasa tetapi tetapi berjiwa muda. Ia sudah dapat memilah baik-buruk dan terus berpartisipasi aktif dalam menjaganya.

Pengaruh para pemuda akhir-akhir ini menjadi sangat menentukan dalam gejolak isu keberagaman. Sebagian besar dari mereka sangat aktif di media sosial. Sehingga, respons dan pandangan dari pemuda di media sosial adalah penentu kelestarian keberagaman kita. Kontribusi mereka dalam menggemakan semangat toleransi melalui beragam medium seperti tulisan, gambar, video, patut diapresiasi.

Yang kedua adalah Pluralism. Sejak kecil sebagian dari kita sudah sering kali mendengar tentang keberagaman. Entah sejak Taman Kanak-Kanak maupun Sekolah Dasar. Kita sering diberi tahu bahwa Indonesia sangatlah beragam. Mulai dari suku hingga makanan, tradisi pernikahan hingga ritual keagamaan. Tetapi nilai-nilai keberagaman tidaklah cukup sampai di situ. Perlu peran aktif dari kita untuk menjaganya. Keberagaman bukanlah sesuatu yang cukup disadari lalu diterima, tetapi adalah barang berharga yang harus kita rawat bersama.

Nilai selanjutnya adalah Active Non-violence. Dalam merawat keberagaman, sebaiknya kita menggunakan cara-cara nirkekerasan. Karena, ketika kita sudah menggunakan cara-cara kekerasan baik fisik maupun verbal, kita telah menjadi bagian dari perusak keberagaman itu sendiri. Kita menjadi intoleran tanpa kita sadari. Tentu saja bukan hanya menjadi pelaku aktif kekerasan. Namun juga termasuk sikap-sikap atau perilaku yang memancing kekerasan. Misalnya, melakukan provokasi atau aksi yang memancing pihak-pihak lain untuk melakukan kekerasan. Jikalau kita telah paham bahwa kegiatan yang kita lakukan akan memancing amarah pihak lain, sebaiknyalah kita mengurungkan niat kita tersebut. Bukankah kita masih bisa menggunakan cara-cara yang lebih baik, yang lebih menenangkan? Dialog misalnya?

Memang, tidak semua orang bisa diajak berdialog secara langsung. Ada yang butuh proses panjang. Untuk kasus seperti ini, kita memang perlu lebih sabar.

Akan tetapi, Active Non-violence bukan berarti sebuah sikap yang mengalah dan terus-terusan menerima perlakuan yang tidak baik. Dalam istilah tersebut masih terdapat kata “aktif”. Kita harus tetap aktif menyuarakan keberagaman dan membela hak-hak yang terzalimi. Jikalau terjadi sebuah kekerasan, hendaknya kita mengikuti proses hukum yang berlaku di negara tercinta ini. Bukannya malah melakukan kekerasan balik.

Ini memang tidak mudah. Tetapi, kekerasan yang berbalas kekerasan hanya akan mempertebal dendam.

Yang terakhir: Participation. Kita adalah bagian dari masyarakat. Kita hidup bersama masyarakat. Apa yang menjadi kesedihan orang-orang di sekitar kita selayaknya menjadi kesedihan kita juga. Ketika masyarakat di sekitar kita saling menghargai, maka kita pun akan menerima manfaatnya juga. Sebab diam tidak lagi menjadi emas ketika begitu banyak permasalahan di sekitar kita.
4 Prinsip Merawat Keberagaman Reviewed by Dandy Idwal on Mei 30, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Komentari kalo perlu ...

© 2016 - 2017 Tapak | Mencatat Jejak All Rights Reserved.
Diberdayakan Blogger. Didesain oleh Junion dari Jejak Creativate

Kontak Redaksi

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.