Pratikno: Digital Membuka Harapan
![]() |
| Foto: jokowi.co.id |
Pria kelahiran Dolokgede, Tambakrejo, Bojonegoro ini berumur 55 tahun pada tanggal 13 Februari lalu (lahir tahun 1962). Desa Dolokgede jaraknya sekitar 40 kilometer dari Kota Bojonegoro. Desa itu tidak dialiri listrik sampai awal tahun 1990-an.
Sejak usia remaja, Pratikno semangat menjalani proses pendidikan. Meskipun jarak SMP dengan rumahnya puluhan kilometer, ia tak patah arang. Ia memutuskan untuk tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP dan tinggal di indekos. Keputusannya ini didukung oleh kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai guru SD.
Bagi anak-anak di Desa Dolokgede yang minim informasi, UGM menjadi satu-satunya universitas ternama yang diketahui. Hal ini membuat Pratikno melanjutkan pendidikan ke Ilmu Pemerintahan (berubah nama menjadi Departemen Politik dan Pemerintahan) Fisipol UGM. Ia lulus tahun 1985. Semasa kuliah di Fisipol, keinginannya untuk masuk dalam lingkaran kekuasaan sudah muncul. Ia ingin menjadi Sekretaris Daerah (Sekda). Alasannya sederhana: karena di kampungnya, satu-satunya rumah yang berkeramik hanyalah milik Sekda.
Keinginan itu terwujud, bahkan jauh lebih baik dari yang diangankan. Per 27 Oktober 2014, ia ditunjuk Joko Widodo sebagai Menteri Sekretaris Negara.
Pratikno aktif mengikuti berbagai kegiatan saat menjadi mahasiswa. Ia memenangi berbagai lomba riset mahasiswa. Daya kritisnya juga diasah dengan mengikuti kelompok diskusi. Ketekunan itu membuat ia berprestasi. Saat semester III, ia menjadi mahasiswa terbaik di jurusannya. Pratikno juga rajin menyetor berbagai tulisan ke media-media terkemuka di Jawa. Honor tulisannya ia gunakan untuk menopang biaya hidup.
Menjalani masa kuliah di UGM membuat Pratikno paham betul bahwa salah satu tugas akademisi ialah melakukan pengabdian. Sehingga, saat kembali ke kampung halamannya pada medio 1990-an, ia membentuk LSM Ademos Indonesia. Alasan utama yang mendorong Pratikno mendirikan LSM tersebut, ia pengin masyarakat bahagia dan mandiri. Hasilnya, masyarakat di desanya bisa secara kolektif mengembangkan diri, mengadvokasi, serta membentuk kelompok peternak dan mengembangkan teknologi peternakan.
Setelah menyelesaikan studi di jenjang S1, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana ke Birmingham University, UK, program studi Development Adminstration dan lulus tahun 1990. Gelar strata tiga ia dapatkan di Flinders University, Australia, program studi Political Science, tahun 1997. Riwayat pendidikan semacam ini membuat Pratikno sangat dalam menyelami ilmu politik.
Mantan rektor UGM ke-14 ini mengungkapkan bahwa saat ini fungsi mediasi dari partai politik semakin berkurang. Media digital sudah memungkinkan masyarakat memediasi dirinya sendiri secara individu atau berkelompok. Hal ini menjadi tantangan bagi partai politik untuk menyesuaikan diri. Demokrasi langsung yang dibayangkan di masa lalu, kini beralih rupa menjadi interaksi digital.
Meskipun terjadi perkubuan yang sangat kentara, namun menurut Pratikno, aktivitas positif dari medium digital perlu dipersiapkan secara sungguh-sungguh dan menyesuaikan perkembangan. Ada perubahan-perubahan radikal yang harus diantisipasi, termasuk oleh perguruan tinggi. “Dulu kalau zaman saya, namanya aktivis ya harus teriak-teriak, harus demo di jalan. Sekarang, orang mengekspresikan social activism dengan cara yang berbeda,” ungkapnya. Misalnya, kata Pratikno, kita dapat memfasilitasi collective decision making, collective participation, dan bahkan mendorong solving social problem dengan perangkat digital.
Digital juga membuat sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, kini mengejawantah. Pratikno mencontohkan, dulu orang selalu membuat dikotomi antara bisnis dan social activist. Kemudian, muncullah para pegiat sociopreneur. Mereka menyelesaikan masalah sosial dengan kegiatan wirausaha.
Menghadapi laju perubahan ini, Pratikno juga berharap para aktor politik masa kini berinovasi dalam menjalankan perannya. Cara-cara baru perlu terus digali untuk membangun interaksi dengan masyarakat. Politisi sudah bisa menjalin komunikasi langsung dengan warganet, secara individu. Akan tetapi, digital hanyalah alat. Tujuan utamanya adalah terbentuk kehidupan bangsa yang demokratis. “Ada banyak cara membangun interkasi. Digital salah satunya. Karena revolusi kita kan more than digital,” kata Pratikno.
Dandy IM
Tapak
Pratikno: Digital Membuka Harapan
Reviewed by Dandy Idwal
on
Desember 24, 2017
Rating:
Reviewed by Dandy Idwal
on
Desember 24, 2017
Rating:

Tidak ada komentar:
Komentari kalo perlu ...